Pacaran: Dosa atau Rencana Tuhan?
“Boleh
nggak sih, orang Kristen pacaran?” Ada yang bilang dosa. Ada yang bilang wajar.
Tapi sebenarnya… pacaran itu dosa atau rencana Tuhan? Jawabannya tidak
sesederhana “boleh” atau “tidak boleh”. Untuk mengerti, kita perlu melihat apa
kata Firman Tuhan.
Panggilan untuk Hidup Kudus
Dalam
1 Tesalonika 4:3, Rasul Paulus menulis:
|Karena
inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,..
Surat
ini ditulis untuk jemaat di Tesalonika, sebuah kota pelabuhan besar di Yunani.
Saat itu, budaya bebas begitu kuat—seks pranikah, perselingkuhan, dan hubungan
tanpa komitmen dianggap hal biasa. Tubuh dianggap hanya alat untuk memuaskan
keinginan.
Namun,
ketika Injil diberitakan (Kisah Para Rasul 17), orang-orang percaya dipanggil
untuk hidup berbeda. Mereka diminta menjauh dari percabulan (porneia
dalam bahasa Yunani), yang mencakup semua hubungan seks di luar pernikahan. Itu
berarti mereka harus melawan arus budaya, walau dianggap kuno atau ketinggalan
zaman.
Pesan
ini masih relevan hari ini. Dunia mungkin sudah berubah bentuk, tapi
godaan dan pola pikirnya sama: hubungan tanpa komitmen, cinta tanpa kesetiaan,
dan kepuasan instan.
Tuhan
tetap berkata: “Aku memanggilmu bukan untuk hidup dalam nafsu, tapi dalam
kekudusan.”
Pacaran:
Bukan Dosa, Tapi Bisa Menjadi Jalan Menuju Dosa
Alkitab
tidak menyebut kata “pacaran”, tapi jelas mengajarkan soal kemurnian. Pacaran
itu sendiri bukan dosa—tetapi bisa menjadi pintu masuk dosa jika
dijalani tanpa kendali, tanpa batas, dan tanpa Kristus di pusatnya.
Pacaran
yang sehat adalah proses saling mengenal dengan tujuan yang jelas:
pernikahan kudus yang memuliakan Tuhan. Pacaran yang berbahaya adalah ketika:
- Perasaan mengalahkan iman,
- Godaan fisik dibiarkan lepas kendali,
- Motivasi hanya untuk mengisi kesepian
atau mencari validasi diri.
Kalau
alasan pacaran adalah karena takut sendiri, ingatlah: Kristus cukup untuk
memuaskan hati kita.
Kristus
Harus Menjadi Pusat
Pertanyaan terpenting bukan: “Boleh nggak pacaran?” Tetapi: “Apakah Kristus ada di tengah hubungan ini?” Tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19). Kita menjaga kemurnian bukan karena takut dihakimi, tapi karena ingin menyenangkan hati Tuhan.
Cinta
yang sehat mencerminkan kasih Kristus—tulus, setia, dan berkorban. Itu sebabnya
pacaran seharusnya dijalani:
- Dalam terang Firman,
- Dengan tujuan jelas menuju pernikahan,
- Melibatkan doa, restu orang tua, dan
bimbingan rohani.
Hubungan
yang diberkati Tuhan tidak perlu disembunyikan.
Pacaran bukan dosa, tetapi
bukan tempat bermain-main. Jika dijalani dalam kekudusan, pengendalian diri,
dan ketergantungan penuh pada Tuhan, pacaran bisa menjadi bagian dari rencana
Tuhan mempersiapkan dua hati untuk pernikahan yang memuliakan nama-Nya.
Jadi, sebelum bertanya “boleh nggak pacaran?”, tanyakan dulu:“Apakah hubungan ini membuatku semakin kudus dan semakin dekat dengan Kristus?”
INGAT,
PERNIKAHAN ADALAH GAMBARAN KASIH KRISTUS KEPADA JEMAAT (EFESUS 5:25). JADILAH
TELADAN NYATA BAHWA CINTA KUDUS, SETIA, DAN BERPUSAT PADA TUHAN ITU BENAR-BENAR
ADA.
Sumber:
- Pacaran, Dosa Atau Rencana Tuhan? Oleh Ev.
Benalia Hulu, S.Pd.K., M.Pd
- Youtube GSRI TOMANG:https://youtu.be/UtG8W0Ju6Ac?si=QXk1MAMJsh1O70en
- Web GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/
Penyusun:
Shinta
Lestari Zendrato, S.Th

Komentar
Posting Komentar