BERJALAN BERSAMA TUHAN
Setiap
orang ingin hidupnya berarti. Namun, sering kali kita mencari arah hidup dengan
menggunakan standar dunia: karier, kesuksesan, atau pencapaian pribadi.
Pernahkah kita merasa seperti berjalan di tempat, atau seperti pelari yang
berlari cepat tetapi tanpa tahu di mana garis akhir? Hidup bisa terasa sangat
sibuk, namun hati tetap hampa.
Firman
Tuhan mengingatkan kita bahwa kita bukanlah produk kebetulan.
Kita adalah “buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik” (Efesus 2:10). Artinya, hidup kita sudah memiliki rancangan
dan tujuan ilahi dari Sang Pencipta. Kita mungkin merancang hidup untuk
mengejar kenyamanan dan kesuksesan duniawi, tetapi Tuhan merancang kita untuk
menghasilkan dampak yang kekal.
Kita
sering menginginkan jalan hidup yang lurus dan mudah. Namun, Tuhan justru
membawa kita melalui jalan yang berliku agar karakter dan iman kita dikuatkan.
Berjalan dengan arah ilahi berarti berhenti memaksa Tuhan mengikuti peta
hidup kita, dan mulai belajar mempercayai peta-Nya. Itu
berarti kita mencari tujuan hidup bukan berdasarkan pencapaian pribadi,
melainkan pada “pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya”
bagi kita. Pekerjaan baik itu bisa terjadi di mana saja seperti di kampus, di
tempat kerja, di keluarga, atau di komunitas — di mana pun kita ditempatkan
untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Bayangkan kita sedang berkendara menuju tempat yang belum pernah kita kunjungi. Jika hanya mengandalkan perasaan atau perkiraan, besar kemungkinan kita akan tersesat. Namun, ketika kita membuka GPS, setiap tikungan dan jalan kecil sudah diatur dengan tepat. Kita hanya perlu mengikuti arahannya, dan kita akan sampai di tujuan dengan selamat. Begitu pula dengan kehidupan. Jika kita berjalan mengikuti arah sendiri, kita mudah tersesat. Tetapi ketika kita mengikuti “GPS ilahi” yaitu firman Tuhan dan pimpinan Roh Kudus, hidup kita akan diarahkan menuju tujuan yang telah Tuhan tetapkan.
Yesus
memberikan teladan sempurna tentang bagaimana berjalan dengan arah ilahi
melalui hidup-Nya yang selalu taat kepada kehendak Bapa. Di taman Getsemani, Ia berdoa,”Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah
cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39)
Seluruh
perjalanan hidup Yesus di dunia berfokus pada misi Ilahi yaitu melayani dan
memberikan nyawa-Nya bagi banyak orang. Yesus dipimpin oleh Roh Kudus dan
setia sampai akhir, hingga Ia berseru di kayu salib, “Sudah selesai.” Inilah
teladan bagi kita, bahwa hidup yang mengikuti arah Allah adalah hidup yang taat,
terarah, dan penuh makna.
HIDUP
AKAN MENEMUKAN MAKNANYA YANG SEJATI KETIKA KITA BERHENTI MENGIKUTI PETA
SENDIRI DAN MULAI BERJALAN SETIA DI JALUR YANG TUHAN TUNJUKKAN.
Sumber
- Berjalan Bersama Tuhan oleh
Ev. Yogo Ismanto, S.E., S.Th., M.Th
- Youtube GSRI TOMANG:
https://youtube.com/@gsritomang?si=btCy8bEfsgThoLOU
- Web GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/
Penyusun:
Shinta
Lestari Zendrato, S.Th
.png)

Komentar
Posting Komentar