SAATNYA BANGKIT (2 SAMUEL 19:7)

Pernahkah kita mengalami saat di mana kesedihan begitu dalam hingga membuat kita lupa pada tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepada kita? Bagaimana sikap kita ketika duka atau kegagalan membuat kita ingin menyerah dari tugas yang Tuhan titipkan?Apakah kita memilih untuk tetap terpuruk atau bangkit dan melanjutkan perjalanan iman kita?

Dalam 2 Samuel 19:1–8, Daud mengalami duka yang sangat mendalam atas kematian Absalom, anaknya. Meskipun Absalom memberontak dan berusaha merebut takhta, Daud tetap mengasihi dia. Ketika mendengar kabar kematiannya, Daud menangis dan berkabung begitu lama hingga seluruh pasukan yang seharusnya bersukacita atas kemenangan justru merasa malu, seolah-olah mereka telah kalah (ayat 2–4).

Situasi itu membahayakan kepemimpinan Daud. Ia adalah raja atas bangsa Israel, dan masa depan bangsa ada di tangannya. Melihat keadaan tersebut, Yoab, panglima Daud, dengan berani menegurnya. Yoab berkata bahwa jika Daud tidak segera bangkit dan menguatkan rakyatnya, maka seluruh rakyat akan meninggalkannya (ayat 7). Melalui teguran itu, Daud sadar bahwa ada waktu untuk berdukacita, tetapi juga ada waktu untuk bangkit dan kembali menjalankan tanggung jawab. Kesedihan memang manusiawi, tetapi jangan sampai kesedihan itu mematikan panggilan dan tanggung jawab kita di hadapan Tuhan.

Kemudian Daud bangkit, duduk di pintu gerbang, dan rakyat pun kembali berkumpul di sekelilingnya (ayat 8). Tindakan sederhana ini menjadi awal kebangkitan bagi Daud dan bangsanya untuk keluar dari keterpurukan. Di dalam hidup ini kita pun mungkin mengalami kegagalan, kehilangan, atau kekecewaan. Namun ada waktu di mana Tuhan memanggil kita untuk berhenti berlarut-larut dalam kesedihan dan memilih untuk bangkit. Tuhan mau kita tetap setia melanjutkan tugas dan panggilan yang telah Dia percayakan. Duka boleh ada, tetapi jangan biarkan duka itu menghentikan langkah kita.

Yesus Kristus sendiri memberikan teladan yang sempurna. Setelah mengalami penderitaan yang luar biasa di kayu salib, Ia bangkit pada hari yang ketiga. Kebangkitan-Nya menjadi bukti bahwa penderitaan bukanlah akhir dari segalanya. Dalam Kristus, selalu ada kekuatan baru untuk bangkit, menjalani hidup, dan menyelesaikan tugas yang Allah berikan. Mari kita belajar dari Daud, dan lebih lagi dari Kristus: Saatnya bangkit!

JANGAN BIARKAN PERASAAN, LUKA, ATAU KEGAGALAN MENGHENTIKAN LANGKAH KITA, SEBAB PANGGILAN TUHAN JAUH LEBIH BESAR DARI KESEDIHAN YANG KITA ALAMI. 

Sumber

  • Saatnya Bangkit oleh Sdri. Jelia Frisda Purba
  • Youtube GSRI TOMANG: https://youtu.be/UtG8W0Ju6Ac?si=QXk1MAMJsh1O70en
  • Web GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/

Penyusun: 

Shinta Lestari Zendrato, S.Th

 

Komentar

Postingan Populer