HADIAH TERINDAH DARI SURGA (2 KORINTUS 9:15)
Setiap
kali kita menerima sebuah hadiah, selalu ada dua hal yang membuat hati kita
tersentuh: siapa yang memberi dan seberapa besar makna hadiah tersebut. Ada
hadiah yang hanya memberikan kebahagiaan sesaat, tetapi ada pula hadiah yang
mampu mengubah seluruh hidup kita. Dan di antara semua hadiah yang pernah ada
dalam sejarah manusia dimulai dari penciptaan dunia hingga pencapaian teknologi
modern, ada satu hadiah yang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun: hadiah
dari surga yang diberikan oleh Allah sendiri. Hadiah itu bukan berupa benda dan
bukan pula berkat materi, melainkan Pribadi. Karunia itu begitu besar hingga
Paulus tidak menemukan kata-kata yang memadai untuk menggambarkannya; ia hanya
dapat berkata bahwa hadiah itu “tidak terkatakan.”
Surat
2 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus yang sedang
menghadapi berbagai tantangan, mulai dari hubungan yang renggang dengan Paulus,
serangan terhadap kerasulannya, hingga persoalan dalam pelayanan dan
persembahan. Pada pasal 8 dan 9, Paulus menekankan pentingnya memberi dengan
sukacita sebagai wujud kasih karunia Allah. Ia ingin menunjukkan bahwa memberi
bukanlah beban, melainkan respons alami terhadap kemurahan Tuhan. Sebagai
penutup dari pembahasan mengenai memberi, Paulus mengarahkan perhatian jemaat
kepada sumber segala pemberian: Allah sendiri, yang telah memberikan hadiah
terbesar bagi umat manusia. Inilah puncak penekanannya bahwa segala pemberian
manusia hanyalah bayangan kecil dari pemberian Allah yang paling agung.
Ketika
Paulus berkata, “Syukur kepada Allah atas karunia-Nya yang tak terkatakan
itu!”, ia sedang mengungkapkan betapa luar biasanya hadiah Allah sehingga tidak
ada bahasa manusia yang mampu menjelaskannya. Istilah “tak terkatakan” bukan
berarti sekadar besar atau indah, tetapi menunjukkan bahwa karunia itu
melampaui kemampuan kata-kata dan batas nalar. Paulus sebelumnya berbicara
tentang persembahan jemaat, tetapi pada ayat ini ia mengalihkan fokus kepada
pemberian Allah yang jauh lebih besar dan menjadi dasar dari semua pemberian
lainnya. Karunia itu adalah Yesus Kristus sendiri, Pribadi yang diutus dari
surga untuk membawa keselamatan bagi manusia. Maksud Paulus sangat jelas: apa
pun yang dapat kita berikan tidak akan pernah sebanding dengan apa yang telah
Allah berikan. Hadiah itu bukan hanya tentang kelahiran Kristus, tetapi seluruh
karya-Nya: kehadiran-Nya di dunia, kematian-Nya di salib, kebangkitan-Nya, dan
pengorbanan-Nya yang menebus manusia dari dosa. Paulus menyebutnya “tak
terkatakan” karena kasih Allah dalam Kristus terlalu dalam untuk dijabarkan,
terlalu besar untuk diukur, dan terlalu agung untuk didefinisikan.
Ayat
ini menempatkan Yesus sebagai pusat dari semua karunia Allah. Kristus adalah
hadiah terbesar dari surga karena Ia datang bukan hanya untuk memberi sesuatu,
tetapi untuk memberikan diri-Nya sendiri. Dalam diri Kristus kita melihat
kemurahan Allah secara sempurna: Ia menjadi manusia, hidup tanpa dosa, dan
mengorbankan diri-Nya untuk menebus dunia. Kristus adalah karunia karena Ia
membuka jalan menuju keselamatan, pengampunan, hidup kekal, dan hubungan
pribadi dengan Allah. Semua bentuk berkat lain hanyalah percikan kecil dari
kasih karunia terbesar yang dinyatakan melalui diri-Nya. Yesus adalah hadiah
yang nilainya tidak pernah habis, kuasa-Nya tidak pernah berkurang, dan
kasih-Nya tidak pernah gagal bagi mereka yang menerimanya.
Jika
Allah telah memberikan hadiah sebesar itu, maka sikap hati kita tidak
seharusnya biasa-biasa saja. Hadiah dari surga seharusnya menuntun kita kepada
ucapan syukur, penyembahan, serta kehidupan yang dipenuhi dan digerakkan oleh
kasih karunia. Kita memberi kepada Tuhan bukan karena terpaksa, tetapi karena
telah menerima karunia yang jauh lebih besar daripada apa pun yang dapat kita
balas. Hadiah ini juga mengubah cara kita memandang hidup; kita tidak lagi
berjalan dengan ketakutan atau kecemasan, karena kita memiliki Kristus sebagai
anugerah yang tidak pernah dicabut kembali. Secara praktis, kita juga dipanggil
menjadi cerminan dari hadiah itu bagi orang lain—menghadirkan kasih, kemurahan,
dan pengampunan yang telah kita terima dari Allah. Hadiah terbesar dari surga
bukan hanya untuk disimpan, tetapi untuk dipancarkan melalui hidup kita.
Allah
telah memberikan hadiah terindah, hadiah terbesar, hadiah yang tidak dapat
dilukiskan oleh seribu kata yaitu Yesus Kristus. Tidak ada hadiah Natal, tidak
ada pencapaian dunia, dan tidak ada keberhasilan hidup yang dapat menyamai
anugerah ini. Pertanyaannya adalah: apakah kita sudah menghargai hadiah itu
dengan hidup yang bersyukur dan taat? Sebab karunia yang tak terkatakan itu
hanya berharga bagi mereka yang menerimanya dengan iman.
Sumber
- HADIAH TERINDAH DARI SURGA OLEH EV. SHINTA LESTARI ZENDRATO, S.TH
- YOUTUBE GSRI TOMANG: https://youtu.be/UtG8W0Ju6Ac?si=QXk1MAMJsh1O70en
- WEB GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/
Penyusun:
Ev. Shinta
Lestari Zendrato, S.Th


Komentar
Posting Komentar