KASIH ALLAH MENJANGKAU MANUSIA (YOHANES 3:16)

 

Suatu hari, seorang ayah melihat anaknya tenggelam di sungai yang deras. Tanpa berpikir panjang, sang ayah langsung melompat ke dalam air, berusaha menyelamatkan anaknya. Namun, karena arus begitu kuat, ia hanya bisa mendorong anaknya ke tepian, sementara dirinya terbawa arus dan meninggal dunia. Anak itu menangis dan menjerit, menyadari bahwa hidupnya diselamatkan dengan harga nyawa ayahnya sendiri.

Kisah itu mungkin menyentuh hati kita. Tetapi tahukah kita bahwa kasih Allah kepada manusia jauh lebih besar dari kasih seorang ayah itu? Allah rela memberikan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus bukan untuk orang yang baik, melainkan untuk dunia yang telah menolak dan melawan Dia, bahkan yang menyalibkan-Nya.

Ayat ini diucapkan Yesus dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi yang datang pada malam hari. Nikodemus ingin tahu tentang kelahiran baru dan keselamatan. Yesus menegaskan bahwa keselamatan tidak diperoleh dari usaha manusia atau status keagamaan, melainkan dari kasih Allah yang memberikan Anak-Nya untuk menebus dosa dunia.

Ayat ini menjadi inti Injil, pesan utama dari seluruh Alkitab: Allah mengasihi manusia berdosa dan mengambil inisiatif untuk menyelamatkannya. Ungkapan “begitu besar kasih Allah akan dunia ini” menunjukkan kasih yang tak terukur. “Dunia” di sini bukan hanya alam ciptaan, tetapi menunjuk kepada manusia yang hidup dalam dosa dan permusuhan dengan Allah (lih. Roma 5:8). Meski manusia menolak Dia, Allah tidak berhenti mengasihi.

Kasih Allah bukan kasih yang menunggu manusia berubah, melainkan kasih yang lebih dulu bertindak untuk memulihkan manusia. Kasih sejati selalu ditunjukkan melalui tindakan. Allah mengutus Anak-Nya yang Tunggal Yesus Kristus untuk mati di kayu salib. Itu bukan sekadar tanda simpati, melainkan tindakan penebusan. Yesus menanggung dosa manusia agar manusia yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal. Salib menjadi bukti bahwa kasih Allah bukan teori, melainkan nyata, personal, dan menyelamatkan.

Kata “setiap orang yang percaya” menunjukkan bahwa kasih Allah tidak dibatasi oleh bangsa, ras, status, atau masa lalu seseorang. Siapa pun yang percaya kepada Kristus dapat mengalami hidup baru. Kasih Allah menjangkau manusia dari ujung bumi, dari yang paling berdosa sekalipun, dan mengubah hidup mereka menjadi ciptaan baru.

Kasih Allah yang besar itu menuntun kita untuk:

  1. Menyadari betapa berharganya kita di mata Allah.

Tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni-Nya.

  1. Hidup dalam syukur dan ketaatan.

Jika Allah sudah menyerahkan Anak-Nya bagi kita, tidakkah kita mau menyerahkan hidup kita untuk-Nya?

  1. Membagikan kasih itu kepada sesama.

Kasih yang kita terima harus mengalir, agar orang lain pun mengenal kasih Allah melalui hidup kita.

Kasih Allah dalam Kristus adalah jembatan yang menghubungkan manusia berdosa dengan Allah yang kudus. Melalui salib, Allah membuktikan bahwa tidak ada jarak yang terlalu jauh bagi kasih-Nya untuk menjangkau manusia.

 

Sumber

  • KASIH ALLAH MENJANGKAU MANUSIA oleh Sdri. JELIA FRISDA PURBA
  • Youtube GSRI TOMANG: https://youtu.be/UtG8W0Ju6Ac?si=QXk1MAMJsh1O70en
  • Web GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/

Penyusun: 

Shinta Lestari Zendrato, S.Th


Komentar

Postingan Populer