KETAATAN MARIA KEPADA PANGGILAN ALLAH (LUKAS 2:10)



        Pernahkah kita membayangkan bahwa satu kata “ya” dari seorang gadis muda yang hidup sederhana dapat mengubah sejarah dunia? Maria bukanlah seseorang yang dikenal, bukan tokoh terpandang, dan tidak memiliki keistimewaan duniawi. Namun yang membuat hidupnya berdampak besar bukanlah kehebatannya, melainkan kepercayaannya kepada Allah. Di tengah ketakutan dan tekanan yang mungkin ia rasakan, Maria memilih untuk percaya, dan melalui ketaatan itulah Sang Juruselamat memasuki dunia.

        Ayat pokok dalam Lukas 1:38 mencatat responsnya: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Pernyataan ini muncul dalam konteks yang tidak mudah. Maria masih sangat muda, mungkin berusia belasan tahun, tinggal di Nazaret, sebuah desa kecil yang dipandang rendah dan sedang bertunangan dengan Yusuf. Tiba-tiba malaikat Gabriel datang membawa berita yang mengguncang hidupnya: ia akan mengandung dan melahirkan Anak Allah. Situasi ini membawa konsekuensi yang sangat berat: kehamilan sebelum menikah dapat dianggap perzinahan, mengancam statusnya di masyarakat, bahkan dapat menyebabkan Yusuf menceraikannya. Tidak ada jaminan sosial, ekonomi, atau perlindungan yang dapat ia andalkan.

        Meski sempat bingung dan takut, Maria tetap memilih untuk taat. Tanpa menuntut penjelasan rinci, ia menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Ketaatannya bukan sekadar tindakan moral yang patut diteladani, tetapi bagian dari rencana penebusan Allah yang puncaknya adalah Yesus Kristus. Melalui kesediaan Maria, Sang Firman menjadi manusia dan hadir ke dunia dalam kerendahan, membuka jalan bagi karya keselamatan. Ketaatannya mengarahkan kita kepada Kristus, yang juga taat sampai mati di kayu salib demi menebus manusia dari dosa.

        Ketaatan sejati lahir dari kerendahan hati dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, bukan karena kita mengerti segala sesuatu, melainkan karena kita percaya kepada Dia yang memanggil. Maria tidak meminta jaminan keberhasilan atau kemudahan; ia hanya percaya bahwa Allah layak diikuti meskipun jalan-Nya tidak selalu dapat dipahami. Dalam kehidupan kita hari ini, Tuhan pun sering memanggil kita pada hal-hal yang menuntut keberanian melayani, mengampuni, berkorban, atau berubah. Pertanyaannya, apakah kita siap berkata, “Jadilah padaku menurut perkataan-Mu”?

        Dari Maria kita belajar bahwa bukan kehebatannya yang mengubah dunia, tetapi ketaatannya yang membuka jalan bagi karya Allah. Demikian pula, ketaatan kita sekalipun kecil dapat dipakai Tuhan untuk menghadirkan kisah penebusan-Nya dalam hidup kita dan di tengah dunia. Amin.

 

 Sumber

  • KETAATAN MARIA KEPADA PANGGILAN ALLAH OLEH EV. BENALIA HULU, S.Pd.K., M.Pd
  • YOUTUBE GSRI TOMANG: https://youtu.be/UtG8W0Ju6Ac?si=QXk1MAMJsh1O70en
  • WEB GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/

Penyusun: 

Ev. Shinta Lestari Zendrato, S.Th

 

 

Komentar

Postingan Populer