MALAM KUDUS: ALLAH LAHIR DI TENGAH MANUSIA (YOHANES 1:14)
Seorang
anak duduk di sebuah kamar sederhana. Di sampingnya tergeletak sebuah foto
keluarga lama yang warnanya mulai memudar. Setiap kali Natal tiba, ia selalu
merasakan kehampaan yang sama. Ia merindukan ayahnya yang telah lebih dahulu
pulang ke rumah Bapa. Karena itu, ia merasa ada bagian dari hatinya yang tidak
pernah terisi sepenuhnya. Dalam hatinya ia sering bertanya, “Tuhan, jika Engkau
sungguh ada, mengapa aku merasa sendirian? Mengapa hidup terasa begitu sunyi?”
Malam
itu, dari balik jendela kecil, ia memandangi langit. Tidak ada bintang yang
bersinar terang, tidak terdengar suara sukacita. Yang ada hanyalah keheningan.
Ia pun bergumam dalam hatinya, “Apakah Tuhan tahu rasanya kesepian seperti ini?
Apakah Tuhan peduli kepada manusia sekecil aku?”
Bapak,
ibu, dan saudara-saudari yang terkasih, dalam situasi yang berbeda, mungkin
kita juga pernah merasakan apa yang dirasakan oleh anak tersebut. Kita merasa
kosong dan hampa, dunia terasa sepi, meskipun banyak orang berada di sekitar
kita. Tekanan hidup yang berat sering kali membuat kita berpikir bahwa Tuhan
tidak hadir atau tidak peduli kepada kita.
Namun,
pada hari ini saya ingin menyampaikan bahwa kesunyian malam Natal justru
menjadi tanda bahwa Tuhan mengetahui apa yang kita rasakan. Malam Natal yang
kita rayakan menyatakan bahwa Yesus pernah lahir ke dunia. Malam yang sunyi
bagi manusia menjadi tempat Allah hadir. Dalam keheningan itu, Allah menyatakan
kasih-Nya yang paling nyata.
Injil
Yohanes ditulis bukan sekadar untuk menceritakan kehidupan Yesus, melainkan
untuk menunjukkan identitas Yesus yang sejati. Yesus adalah Sang Firman yang
sejak kekekalan ada bersama Allah. Yohanes tidak memulai kisah Yesus seperti
Matius atau Lukas yang mengisahkan kelahiran-Nya secara fisik. Yohanes justru
membawa pembaca masuk ke dalam kedalaman makna iman dengan menyatakan bahwa
Firman yang kekal itu telah menjadi manusia.
Firman
itu menjadi manusia dan diam di antara kita. Kata “diam” dalam bahasa aslinya
mengandung makna berkemah dan tinggal menetap. Ungkapan ini mengingatkan kita
pada Kemah Suci dalam Perjanjian Lama sebagai tanda bahwa Allah rindu tinggal
di tengah umat-Nya. Ungkapan “di antara kita” tidak hanya bermakna secara
harfiah, tetapi juga menyatakan bahwa Allah ingin hadir dekat dan tinggal di
dalam kehidupan manusia.
Artinya,
apa pun yang sedang kita alami saat ini, Tuhan mengetahuinya. Ia pernah menjadi
manusia, merasakan keterbatasan, penderitaan, dan kesepian. Karena Ia tinggal
di tengah manusia dan berdiam dalam hidup kita, Ia sungguh memahami segala
kondisi kita.
Natal
menyatakan beberapa kebenaran penting bagi kita. Pertama, Allah tidak tinggal
jauh di surga. Ia datang, menetap, dan hadir dekat dengan manusia, bahkan
berdiam di dalam kehidupan kita. Kedua, Allah masuk ke dalam realitas manusia
yang penuh kekacauan. Yesus tidak lahir di istana yang megah, melainkan di
palungan, tempat yang sederhana dan hina. Pilihan ini menunjukkan bahwa
kemuliaan Allah dinyatakan bukan melalui kemewahan, melainkan melalui
kerendahan hati dan kasih.
Yohanes
berkata bahwa para murid telah melihat kemuliaan-Nya. Namun, kemuliaan itu
bukanlah kilau cahaya atau gemuruh langit. Kemuliaan itu tampak dalam
kelembutan Yesus, kerendahan hati-Nya, kasih-Nya kepada orang berdosa, serta
pengorbanan-Nya di kayu salib. Dari sini kita belajar bahwa tidak ada tempat
yang terlalu gelap bagi Tuhan, tidak ada hidup yang terlalu berantakan untuk
dimasuki oleh kasih-Nya, dan tidak ada manusia yang terlalu kecil untuk
dikasihi-Nya.
Yesus
mengerti kesepian dan pergumulan kita. Ia pernah menangis, pernah ditolak, dan
pernah merasakan kesendirian. Oleh karena itu, ketika kita berkata, “Tuhan, aku
lelah,” Ia memahami sepenuhnya, sebab Ia sendiri pernah mengalaminya.
Kiranya
momen Natal ini mengingatkan kita bahwa Tuhan hadir di kamar kita yang gelap
dan di dalam air mata yang jatuh tanpa suara. Karena Ia telah tinggal di tengah
manusia, kita pun dipanggil untuk membawa kasih-Nya kepada keluarga kita,
kepada sahabat yang terluka, dan kepada mereka yang hidup dalam kegelapan.
Natal bukan hanya untuk dirayakan, tetapi juga untuk dihidupi dalam kasih dan
pengharapan. Amin.
Sumber
- MALAM KUDUS: ALLAH LAHIR DI TENGAH
MANUSIA OLEH SDRI. JELIA FRISDA PURBA
- YOUTUBE GSRI TOMANG:
https://youtu.be/UtG8W0Ju6Ac?si=QXk1MAMJsh1O70en
- WEB GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/
Penyusun:
Ev. Shinta Lestari Zendrato,
S.Th
.png)

Komentar
Posting Komentar