TERANG KRISTUS HARUS DINYATAKAN (MATIUS 5:14-16)
Saudara-saudara
yang dikasihi Tuhan, coba kita bayangkan suatu malam yang sangat gelap. Langit
hitam pekat tanpa cahaya. Di sebuah padang, para gembala hanya dapat mendengar
suara domba-domba yang mereka jaga. Tidak ada lampu, tidak ada api unggun,
hanya kegelapan dan keheningan.
Tiba-tiba,
di langit yang gelap itu muncul satu titik terang. Mula-mula kecil, lalu
bertambah banyak, hingga seluruh langit bersinar. Seorang malaikat berkata,
“Jangan takut. Hari ini telah lahir bagimu seorang Juruselamat.”
Namun,
di manakah Juruselamat itu lahir? Bukan di istana yang megah.
Bukan di kota yang terang benderang. Ia lahir di sebuah palungan, tempat makan
ternak, yang sederhana, gelap, dan jauh dari kemewahan. Mengapa Terang Dunia
justru datang di tempat yang begitu sederhana? Di sinilah kita menemukan
pergumulan yang sering terjadi dalam hidup kita. Kita sering ingin menjadi
terang, tetapi hanya di tempat yang sudah terang. Kita berani bersinar di
gereja, di antara teman-teman rohani, tetapi memilih menyembunyikan terang itu di
sekolah, di tempat kerja, atau di media sosial. Terang itu seolah-olah kita
simpan rapat-rapat, seperti senter yang ditutup dengan selimut.
Yesus
berkata dengan jelas dalam Matius 5 bahwa kita adalah terang dunia. Kota yang
terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Orang tidak menyalakan
pelita untuk diletakkan di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian agar
menerangi semua orang di dalam rumah. Demikian juga terang kita harus bercahaya
di depan orang lain supaya mereka melihat perbuatan baik kita dan memuliakan
Bapa di surga.
Yesus
tidak berkata bahwa kita boleh menjadi terang jika kita mau, melainkan bahwa
kita adalah terang. Ini bukan pilihan, melainkan identitas. Jika kita milik
Kristus, maka terang-Nya ada di dalam kita. Terang itu juga tidak mungkin
tersembunyi. Terang sejati akan tampak secara alami dalam sikap, perkataan, dan
tindakan kita. Jika terang itu tidak terlihat, mungkin kita tidak hidup
terhubung dengan sumber terang yang benar. Tujuan dari semua itu bukan agar
kita dipuji, melainkan agar Bapa di surga dimuliakan. Seperti lampu mercusuar
yang tidak dipuji karena keindahannya, tetapi disyukuri karena menunjukkan
jalan yang aman.
Ada
sebuah kisah tentang seorang anak SMP bernama Rio. Ia sering diejek karena
membawa Alkitab ke sekolah. Suatu hari, teman sebangkunya menangis karena orang
tuanya bertengkar. Rio tidak tahu harus berbuat apa. Dengan gugup ia berkata
bahwa ia biasa berdoa dan menawarkan untuk mendoakan temannya. Doanya sederhana
dan singkat, bahkan terasa canggung. Namun, minggu berikutnya temannya berkata,
“Aku ingin tahu, dari mana kamu mendapatkan kekuatan untuk peduli.”
Itulah
terang yang berpindah dari hati Rio ke lingkungan kelasnya. Tidak spektakuler,
tetapi nyata dan mengubahkan. Hari ini Tuhan mengajak kita membawa terang dari
palungan hati kita ke dunia di sekitar kita. Kita dipanggil untuk mengakui
keterbatasan kita di hadapan Tuhan dan menyerahkan hidup sepenuhnya kepada-Nya.
Kita diajak melangkah dengan tindakan sederhana, seperti mengucapkan kata yang
menguatkan, melakukan kebaikan tanpa mengharapkan balasan, dan hadir menemani
mereka yang merasa sendirian. Terang itu juga tidak berhenti pada diri kita,
melainkan dinyalakan untuk menyalakan terang dalam hidup orang lain.
Pada
malam yang gelap itu, di sebuah palungan sederhana, seorang Bayi kecil yang
adalah Terang Dunia mulai bersinar. Ia tidak tinggal di palungan. Terang-Nya
berjalan dari Betlehem ke Nazaret, dari Nazaret ke Yerusalem, dari Yerusalem ke
kayu salib, lalu ke seluruh dunia. Kini, terang itu ada di dalam kita. Jangan
kita sembunyikan.
Jangan kita takut. Mari membawa terang itu dari palungan hati kita ke dunia di
sekitar kita. Sebab terang Kristus harus dinyatakan.
Sumber
- TERANG KRISTUS HARUS DINYATAKAN OLEH PDT. YOGI TJIPTOSARI, B.Th., M.Pd
- YOUTUBE GSRI TOMANG: https://youtu.be/UtG8W0Ju6Ac?si=QXk1MAMJsh1O70en
- WEB GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/
Penyusun:
Ev. Shinta
Lestari Zendrato, S.Th
.png)

Komentar
Posting Komentar