TIDAK ADA TEMPAT BAGI MEREKA (LUKAS 2:7)


 

        Pada zaman modern ini, hampir semua orang pernah merasakan penolakan ditolak dalam pekerjaan, pergaulan, bahkan dalam keluarga. Ada pula penolakan yang terjadi ketika seseorang hanya ingin didengar tetapi suaranya diabaikan. Penolakan melukai hati karena manusia pada dasarnya ingin diterima dan dihargai. Namun, penolakan bukan hanya bagian dari kisah manusia masa kini. Sejak awal kedatangan-Nya ke dunia, Sang Juruselamat sudah mengalami penolakan. Sebelum Ia mengajar atau melakukan mukjizat, dunia telah menyatakan sikapnya: “Tidak ada tempat bagi mereka.” Ironisnya, Dia yang menciptakan langit dan bumi justru tidak mendapatkan tempat di antara ciptaan-Nya sendiri. Natal dimulai bukan dengan pesta dan kemegahan, tetapi dengan penolakan yang sunyi.

    Kitab Lukas, yang ditulis oleh Lukas seorang tabib dan rekan pelayanan Paulus, memperlihatkan sisi kemanusiaan Yesus dengan sangat kuat. Lukas bukan orang Yahudi, sehingga ia menuliskan Injil dengan perspektif yang universal mengenai kasih Allah bagi seluruh manusia, terutama bagi mereka yang miskin, kecil, dan tersisih. Ia menekankan perbedaan antara kemuliaan Allah dan kesederhanaan manusia, dan bahwa kabar keselamatan melalui Kristus ditujukan kepada semua orang di segala bangsa.

        Dalam Lukas 2:7, penulis Injil menyajikan gambaran kelahiran Yesus yang begitu sederhana dan rendah. Maria benar-benar melahirkan Yesus sebagai manusia sepenuhnya. Ia tidak datang dari langit dalam kemegahan surgawi, melainkan memasuki dunia melalui proses kelahiran yang penuh kerentanan. Ini menunjukkan bahwa Allah memilih untuk masuk ke dalam realitas manusia secara utuh, merasakan tangis, rasa sakit, dan ketidaknyamanan sejak awal.

        Yesus dibungkus dengan lampin dan dibaringkan di dalam palungan. Palungan adalah tempat makanan ternak, dan bukan tempat bayi yang terhormat. Itu menunjukkan betapa tidak layaknya kondisi yang ditempati oleh Sang Raja segala raja. Tidak ada istana, tidak ada penyambutan yang megah; hanya kandang hewan, bau ternak, dan kegelapan. Dunia tidak menyediakan ruang bagi-Nya. Kalimat dalam ayat tersebut, “karena tidak ada tempat bagi mereka,” bukan hanya menjelaskan kondisi fisik yang penuh, tetapi menggambarkan keadaan rohani umat manusia. Hati manusia tidak memberikan ruang bagi kehadiran Allah. Kata “tempat” dalam bahasa Yunani, topos, merujuk pada ruang yang seharusnya disediakan atau diprioritaskan. Dengan kata lain, masalahnya bukan pada kapasitas bangunan, tetapi kapasitas hati yang menolak kehadiran Mesias.

        Kelahiran Yesus dalam kondisi seperti itu mengungkapkan kebenaran mendalam tentang-Nya. Ia adalah Raja yang datang dalam kerendahan, mengosongkan diri-Nya sebagaimana tertulis dalam Filipi 2:6–7. Sejak awal hidup-Nya, Ia mengalami penolakan, dan tema ini berlanjut sepanjang pelayanan-Nya. Yohanes 1:11 mencatat, “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.” Namun, meski ditolak, Ia tetap datang karena kasih-Nya yang mengejar manusia, bukan menuntut untuk disanjung. Palungan tempat Ia dibaringkan menjadi simbol misi keselamatan-Nya bagi dunia, karena kerendahan Yesus dari palungan hingga salib menjadi sarana bagi keselamatan umat manusia dan memuliakan Allah.

        Dalam kehidupan masa kini, banyak hati manusia sebenarnya penuh, tetapi penuh oleh hal yang salah: ambisi, kekhawatiran, kesibukan, dan cinta akan dunia. Kita berkata tidak ada ruang untuk Tuhan, bukan karena kita tidak mampu, tetapi karena kita tidak memberi-Nya prioritas. Palungan mengingatkan bahwa Tuhan tidak menunggu hati yang sempurna untuk menerima-Nya. Ia hadir justru di tempat yang berantakan, di dalam luka terdalam, trauma masa lalu, dan kekurangan terbesar kita. Jika Raja kita lahir di palungan, maka kita pun dipanggil untuk hidup dalam kerendahan hati dan melayani tanpa bergantung pada kenyamanan atau kemuliaan dunia.

        Yesus ditolak sejak awal kehadiran-Nya di dunia. Maka, mengikuti Dia berarti siap untuk tidak diprioritaskan oleh dunia ini. Namun, kelahiran Yesus dalam palungan bukan kebetulan. Itu adalah deklarasi tegas dari Allah bahwa Dia hadir di tempat yang tidak disediakan oleh manusia. Dunia tidak memberi tempat bagi-Nya, tetapi melalui salib dan kebangkitan, Ia justru menyediakan tempat bagi kita di dalam Kerajaan-Nya. Kini, pertanyaannya bukan lagi apakah dunia memberi tempat bagi Yesus. Pertanyaan yang lebih penting adalah: apakah kita memberi tempat bagi Dia yang telah menyediakan tempat bagi kita?

 

Sumber

  • TIDAK ADA TEMPAT BAGI MEREKA oleh EV. SHINTA LESTARI ZENDRATO, S.Th
  • Youtube GSRI TOMANG: https://youtu.be/UtG8W0Ju6Ac?si=QXk1MAMJsh1O70en
  • Web GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/

Penyusun: 

Shinta Lestari Zendrato, S.Th


Komentar

Postingan Populer