YESUS LAHIR DI PALUNGAN (LUKAS 2: 7 )
Setiap kita pasti pernah menyiapkan sesuatu dengan sangat hati-hati. Ketika menyambut tamu penting, kita membersihkan rumah, menata meja, dan menyiapkan yang terbaik sebagai bentuk penghormatan. Kita ingin menunjukkan bahwa tamu itu berharga. Namun bayangkan bila seseorang yang sangat kita hormati datang tiba-tiba, sementara rumah kita berantakan, tidak ada ruang tersedia, dan kita terpaksa menempatkannya di tempat yang tidak layak. Kita tentu merasa bersalah karena tidak menyiapkan tempat yang pantas baginya.
Berbeda
dengan manusia, Allah justru menunjukkan rencana yang agung melalui sesuatu
yang tampak tidak layak. Ketika Yesus lahir, dunia seolah tidak siap
menyambut-Nya. Tidak ada kamar yang tersedia, tidak ada ruang untuk Dia yang
datang sebagai Raja dan Juruselamat. Namun peristiwa itu bukan kebetulan. Allah
memilih palungan bukan sembarang palungan melainkan tempat di mana anak domba
pilihan diletakkan untuk pertama kali saat lahir. Seakan Allah sedang berkata,
“Lihatlah, Aku mengutus Anak-Ku bukan hanya sebagai Raja, tetapi sebagai Anak
Domba yang kelahirannya telah ditetapkan, dikuduskan, dan dipersiapkan bagi
keselamatanmu.”
Saat
kita membaca Lukas 2:7, kita sering memahami palungan sebagai tempat makanan
ternak. Namun dalam konteks budaya Betlehem, palungan memiliki makna khusus.
Betlehem dikenal sebagai wilayah penghasil domba bagi persembahan di Bait
Allah. Palungan digunakan untuk menaruh anak domba kurban yang dipersiapkan
bagi penebusan dosa umat. Dengan demikian, kelahiran Yesus di palungan tidak
sekadar menunjukkan kesederhanaan, tetapi menegaskan identitas-Nya sebagai Anak
Domba Allah yang akan menghapus dosa dunia.
Alkitab
mencatat bahwa Yesus dibaringkan di dalam palungan. Dalam bahasa Yunani
digunakan kata phatnē, sebuah istilah yang erat dengan tempat
pemeliharaan anak domba persembahan. Hal ini menjadi deklarasi Allah bahwa
sejak Ia lahir, Yesus sudah diperuntukkan menjadi korban penebus dosa bagi
manusia. Ia datang untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Selain itu, frasa
“dibungkus dengan lampin” pun memiliki makna spiritual yang dalam. Lampin bukan
sekadar kain pembungkus bayi; anak domba kurban pun dibungkus agar tetap tanpa
cacat. Artinya, Yesus sudah dipersiapkan sebagai korban kudus, sempurna, dan
tak bercela sejak Ia dilahirkan.
Saudara-saudara
yang terkasih, Yesus adalah Anak Domba Allah yang dikorbankan bagi keselamatan
dunia. Kelahiran-Nya di palungan merupakan deklarasi Allah bahwa inilah korban
penebusan yang paling sempurna, dan tidak akan pernah ada korban yang lebih
sempurna lagi. Melalui Dia, tidak ada lagi pemisah antara kita dan Allah.
Sebagai Anak Allah yang menjadi manusia, Yesus sendiri memberikan teladan
sempurna tentang bagaimana hidup sebagai anak-anak Allah. Dari sini kita
melihat bahwa palungan bukan hanya tempat kelahiran, tetapi menunjuk kepada
salib. Yesus lahir untuk menyerahkan diri-Nya bagi keselamatan manusia.
Karena
itu, kita dipanggil untuk menyadari dan menghayati makna kelahiran Kristus
dengan benar. Kita telah dikuduskan sebagaimana Yesus adalah Kudus. Maka,
hiduplah sebagai orang yang dikuduskan. Kita pun tidak boleh mengenal Yesus
hanya sebagai bayi Natal dalam perayaan yang meriah, tetapi sebagai Anak Domba
Allah yang menjadi korban penebusan bagi dosa dunia. Dan lebih dari segalanya,
marilah kita senantiasa bersyukur atas kasih Allah yang mengarahkan kelahiran
Yesus menuju karya penebusan di kayu salib.
Sumber
- YESUS
LAHIR DI PALUNGAN oleh Sdri. JELIA
FRISDA PURBA
- Youtube
GSRI TOMANG: https://youtu.be/UtG8W0Ju6Ac?si=QXk1MAMJsh1O70en
- Web
GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/
Penyusun:
Shinta Lestari Zendrato, S.Th
.png)

Komentar
Posting Komentar