YUSUF, PRIA YANG SETIA DAN TAAT (MATIUS 1:20)
Natal sering kita bayangkan
sebagai momen penuh sukacita lagu, terang, dan damai. Namun bagi Yusuf, Natal
dimulai dengan kebingungan dan pergumulan. Tunangan yang ia kasihi ternyata
mengandung—dan bukan darinya. Dalam logika manusia, itu adalah akhir dari
segalanya. Tetapi di tengah perasaan hancur dan dilema batin itu, Tuhan
berbicara melalui mimpi. Yusuf tanpa banyak bicara, tanpa banyak bertanya memilih
untuk taat.
Di sinilah kita belajar bahwa
ketaatan sejati sering dimulai ketika keadaan tidak masuk akal. Natal bukan
hanya tentang sukacita, tetapi juga tentang iman yang berani percaya di tengah
ketidakpastian. Yusuf disebut sebagai seorang yang “benar” (Matius 1:19),
artinya ia hidup sesuai hukum Allah. Ketika mengetahui bahwa Maria mengandung,
ia berencana menceraikannya diam-diam agar tidak mempermalukan tunangannya.
Namun Tuhan campur tangan.
Melalui mimpi, malaikat menyampaikan rencana yang jauh lebih besar.
- “Jangan takut.”
Tuhan tahu ketakutan dalam hati Yusuf. Ketaatan sejati sering dimulai dari
keberanian untuk menyingkirkan rasa takut.
- “Anak itu dari Roh Kudus.”
Tuhan sedang bekerja melalui cara yang melampaui akal manusia.
- “Engkau akan menamakan Dia Yesus.”
Nama itu berarti “Tuhan yang menyelamatkan.” Yusuf diberi kehormatan untuk
menamai Sang Juruselamat—tanda bahwa Allah mempercayakan peran penting
kepadanya.
Yusuf tidak hanya mendengar
firman, tetapi juga melakukan apa yang Tuhan perintahkan, meskipun ia tidak
memahami semuanya. Ia menjadi teladan iman yang tidak menuntut penjelasan,
tetapi cukup percaya kepada perintah Allah. Ketaatan Yusuf membuka jalan bagi
penggenapan janji Allah. Melalui keputusannya untuk tetap menerima Maria, Yesus
lahir di keluarga Daud menggenapi nubuat Mesias sebagai “Anak Daud” yang
dijanjikan. Yusuf tidak berkhotbah, tidak melakukan mukjizat, tetapi melalui
ketaatan diam-diamnya, rencana keselamatan Allah terlaksana.
Demikian pula dengan Yesus Ia
adalah teladan tertinggi dari ketaatan. Jika Yusuf taat menerima kehendak
Allah, maka Yesus taat sampai mati di kayu salib, demi keselamatan umat manusia
(Filipi 2:8).
Kadang Tuhan memanggil kita
melakukan hal yang tampak tidak masuk akal, tetapi ketaatan membuka jalan bagi
karya-Nya. Yusuf tidak mengerti semua detail rencana Allah, tetapi ia tahu
siapa yang memberi perintah itu. Percayalah pada Pribadi, bukan hanya pada
penjelasan. Yusuf mungkin tampak tidak menonjol dalam cerita Natal, tetapi
tanpa ketaatannya, sejarah keselamatan tidak akan sama.
Tuhan dapat memakai ketaatan
sederhana kita untuk melaksanakan rencana besar-Nya. Kisah Yusuf mengajarkan
bahwa ketaatan bukanlah hasil dari pengetahuan yang lengkap, tetapi dari
kepercayaan yang penuh. Maukah kita hari ini menjadi seperti Yusuf—taat tanpa
syarat, percaya tanpa melihat, dan setia meski tidak mudah?
NATAL
TERJADI KARENA ADA SESEORANG YANG BERKATA, “YA TUHAN, JADILAH KEHENDAK-MU.”
Sumber
- YUSUF, PRIA YANG SETIA DAN TAAT oleh EV. SHINTA LESTARI ZENDRATO, S.Th
- Youtube GSRI TOMANG: https://youtu.be/UtG8W0Ju6Ac?si=QXk1MAMJsh1O70en
- Web GSRI TOMANG: https://www.gsrit.id/
Penyusun:
Shinta Lestari Zendrato, S.Th
.png)

Komentar
Posting Komentar